04 September 2009

Rahasia Sedekah

Kisah ini sudah terjadi sekitar setahun yang lalu tepatnya pada saat aku melahirkan anakku yang kedua, seorang anak perempuan cantik bernama Aisha Hadaya Mecca. Ketika melahirkan anakku yang pertama aku terpaksa melahirkan secara caesar karena anakku tidak kunjung lahir meskipun waktu penetapan partus sudah lewat 41 minggu. Tanda-tanda kontraksi ataupun mules dan flek darah yang biasa dialami oleh ibu-ibu yang mau melahirkan tidak kunjung aku rasakan. Karena itu adalah pengalaman pertama ku menjadi calon seorang ibu tentu aku rada bingung, jadi nasib ku saat itu hanya ku pasrahkan kepada Allah SWT dan dokter kandungan yang menanganiku saat itu. Menurut dokter, kasus seperti aku ini lumrah dialami oleh beberapa ibu-ibu yang hendak melahirkan. Biasanya hal ini disebabkan karena faktor hormonal yang menyebabkan kontraksi perut lemah, kurang bereaksi untuk mendorong jalan lahir bagi si janin. Ya sudahlah ... singkat cerita aku memutuskan melahirkan anak pertamaku secara caesar ... yang penting anak kami lahir selamat tidak kurang apapun, apalagi ini penantian yang cukup lama sekitar tiga tahun lebih sejak pernikahan ku.
Sebenarnya sangat disayangkan memang harus terpaksa menempuh jalan operasi caesar untuk proses melahirkan anak pertama ini karena aku tidak bisa merasakan bagaimana sakitnya sakit melahirkan ala ibu-ibu yang melahirkan secara normal. Sensasi nya itu loh ... maha dahsyat katanya mereka yang sudah mengalami ... ya bukan berarti melahirkan secara caesar itu tidak sakit, namun sakitnya cenderung tidak alamiah ...
Nah, ketika Allah SWT memberikan kembali kepercayaan padaku untuk mengandung anak kami yang kedua tentu kesempatan untuk melahirkan secara normal tidak ingin aku lewatkan begitu saja. Menurut dokter yang menanganiku aku bisa saja melahirkan secara normal namun harus didalam pengawasan dokter yang lebih ketat dibandingkan ibu-ibu yang sudah terbiasa melahirkan secara normal. Aku yang sebelumnya punya riwayat operasi caesar tidak boleh mengalami induksi ataupun sejenisnya untuk memaksakan diri melahirkan secara normal ... jadi prosesnya harus sealamiah mungkin ditunggu hingga masa deadline ... karena ditakutkan bekas luka operasi pertama bisa saja robek lalu pendarahan ... wah membayangkannya membuatku ngeri. Tapi keinginan untuk bisa melahirkan secara normal untuk kelahiran yang ke dua ini sangatlah kuat. Dengan sabar aku tunggu saat-saat sakit "kontraksi" itu datang.
Tunggu punya tunggu kok rasa sakit khas melahirkan normal tidak juga kunjung kurasakan. Sampai-sampai sang dokter memberi waktu sekitar 3-5 hari untukku tetap menunggu agar aku bisa melahirkan secara normal tentu tanpa adanya bantuan rangsangan dalam bentuk apapun juga. Sembari menunggu tiba waktu yang diberikan oleh sang dokter aku dan suamiku teringat akan sebuah siraman rohani dari seorang Ustad Yusuf Mansyur. Keajaiban sedekah....Bagaimana dahsyatnya bersedekah di jalan Allah SWT itu ... balasannya dijanjikan Allah 10 kali lipat dari jumlah yang kita sedekahkan.
Ketika itu Ustad Yusuf Mansyur menceritakan sebuah pengalaman religius seorang temannya perihal bab melahirkan. Kasusnya adalah sama dengan ku, istri dari orang tersebut ingin melahirkan secara normal padahal dokter telah memutuskan untuk melahirkan secara caesar karena adanya kelainan sungsang pada si janin. Orang tersebut mengeluhkan keberadaannya dan meminta nasehat atau petunjuk jalan keluar bagi persoalannya. Seperti biasanya Ustad Yusuf Mansyur menyarankan orang tersebut untuk mengeluarkan sedekah sekurang-kurangnya 10 % dari jumlah nominal biaya operasi caesar untuk diberikan kepada seorang ibu yang kurang mampu yang pada saat itu hendak melahirkan juga. Kebetulan orang tersebut orang berada yang sangat tidak keberatan mengeluarkan 10 % dari biaya operasi yang saat itu biaya operasi caesar sebesar 12,5 juta rupiah. Artinya orang tersebut mengeluarkan sedekah sebesar 1 juta 250 ribu rupiah. Dan Subhanallah ... Allah lah yang Maha Kaya ... Istri orang tersebut yang tadinya divonis dokter harus melahirkan secara caesar ternyata mampu melahirkan secara normal.
Nah, karena terinspirasi dengan kisah bapak tersebut akhirnya suamiku memutuskan untuk mencari juga seorang ibu yang hendak melahirkan namun tidak ada biaya. Ketika itu entah mengapa suamiku mendapat cerita dari seorang tetangga yang kebetulan adalah bendahara RT bahwa tukang sampah di perumahan kami berutang pada kas RT sebesar 1 juta rupiah beberapa bulan lalu uang tersebut untuk biaya melahirkan istrinya. Hutang tersebut sudah mampu dibayarnya sebesar 600 ratus ribu rupiah dan masih berhutang sebesar 400 ribu rupiah. Hanya Allah jua lah yang menggerakkan suamiku untuk memutuskan melunasi sisa hutang bapak tukang sampah tersebut sebesar 400 ribu rupiah. Suamiku meminta bantuan doa kepada tukang sampah tersebut agar aku dapat melahirkan dengan selamat karena beberapa hari lagi aku akan melahirkan.
Singkat cerita ... hingga hari yang ditentukan aku tetap tidak bisa melahirkan secara normal. Perasaan kecewa pun melandaku namun tidak mengurangi sedikitpun rasa bahagia menyambut kehadiran sang putri cilik kami. Aku tetap melahirkan secara operasi. Awalnya aku dan suamiku tidak kepikiran lagi dengan jumlah uang yang telah kami sedekahkan untuk tukang sampah tersebut namun sempat terlintas dalam benakku ... loh kok, Allah tidak membalas sedekah yang telah diberikan suamiku untuk tukang sampah itu agar aku bisa melahirkan normal. Kenapa ya ... pikirku di dalam hati.
Ketika itu biaya yang harus ku keluarkan untuk operasi adalah sebesar 13 juta lebih karena aku menempati ruangan president suite pada sebuah klinik bersalin ibu dan anak yang cukup terkenal di kotaku. Ruangan president suite tersebut merupakan ruangan yang paling mahal yang ada di klinik tersebut. Ruangannya sangat besar dan sangat nyaman. Selama 4 hari 4 malam aku menjalani perawatan pasca operasi di sana.
Ketika saatnya pulang dan kami harus membereskan seluruh urusan administrasi termasuk biaya perawatan melahirkan barulah aku menyadari bahwa Allah telah membalas sedekah kami dalam bentuk yang lain. Seharusnya kami mengeluarkan uang sebesar 13 juta lebih, tetapi di dalam bill atau tagihan yang ada kami hanya membayar 10 juta saja. Dokter yang kebetulan juga pemilik klinik bersalin tersebut telah tergerak hatinya memberikan harga discount khusus untuk kami. Kami hanya perlu membayar 10 juta saja untuk sebuah kelas president suite. Bayangkan sudah berapa rupiah kami hemat...ya sekitar 3 juta rupiah kami hemat. Ternyata Allah telah menggantinya dengan biaya operasi dan perawatan yang lebih murah namun aku tetap bisa merasakan fasilitas kamar yang ekslusif.
Meskipun balasan yang diberikan Allah tidak 10 kali lipat dari yang kami sedekahkan dan aku tetap menjalani persalinan secara operasi bukan berarti Allah tidak menepati janjinya kepada hambanya yang telah bersedekah. Kalau dipikir-pikir kembali kami geli sendiri mengingat kebodohan kami ... Ah, seandainya suamiku ketika itu sedekahnya bukan 400 ribu tapi 10 % dari biaya operasi tentunya aku bisa melahirkan secara normal ... karena jumlah yang disedekahkan hanya 400 ribu jadi mungkin menurut Allah ... balasan yang pantas untukku hanya diberikan harga discount khusus untuk sebuah kamar yang ekslusif ... ha ha ha ... andai saja ketika itu kami bersedekah lebih ... ternyata hitungan matematika Allah lebih sempurna dan lebih impas ... Allah Maha Besar ...
Jadi ... kesimpulannya kalau kita ingin bersedekah harus benar-benar yakin dan percaya dengan janji Allah ... jangan dikurangi atau dipungkiri ...Allah Maha Kaya dan Maha Adil dalam memberikan setiap amal dan kebajikan yang telah kita lakukan ...

02 September 2009

Kisah Sepiring Lotek

Suatu pagi di hari minggu yang cukup cerah. Seperti biasa di hari minggu aku lebih santai dibandingkan hari-hari biasanya. Walaupun hari sudah menunjukkan pukul delapan pagi lewat lima belas aku masih malas untuk beranjak mandi. Aku masih asyik duduk di depan laptop memainkan tombol-tombol keyboard ketika suara seseorang mengejutkan aku mengucapkan salam..."Assalamualaikum ..." "Waalaikumsalam ..." jawabku. Oh ternyata kak Ika yang datang tapi aku tetap tidak beranjak dari dudukku. Seorang ibu muda yang biasa membantuku di rumah sudah sedia membukakan pintu rumah untuk kehadirannya. Kak Ika adalah tetangga satu RT dengan ku, dia seorang janda yang memiliki dua anak. Pekerjaannya hanyalah buruh cuci rumah tangga yang biasa bekerja di rumah tetanggaku. Kak Ika biasa mampir main ke rumahku ... yah hanya untuk sekedar menyapaku atau dia ingin bertemu dengan kak Nini ( ibu muda yang biasa membantuku mencuci dan menggosok di rumah ). Pagi itu kak ika tetap terlihat ceria meskipun kita semua tahu betapa berat beban hdupnya dalam menghidupi kedua anaknya setelah ditinggal mati oleh suaminya. Pekerjaan yang hanya buruh cuci rumah tangga kurasakan pasti sangat jauh dari cukup untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. Tapi ... meskipun begitu dibalik baju lusuhnya yang menutupi badan kurus kerempengnya, dia tetap mampu tersenyum dan tertawa riang setiap kali berbincang dengan kami. Aku melihat dia menenteng sebuah kantong asoy hitam. Sepertinya dia habis pulang berbelanja. Iseng aku bertanya padanya sambil aku tetap sibuk dengan laptopku. " Kak, apaan tuh yang didalam kantong ? " tanyaku. " Ohh...ini tadi kakak abis belanja di warung Ayu. Mau cari tahu belum dapat.Akhirnya dapat juga di warung depan." begitu jawabnya. Lalu dia melanjutkan sendiri perbincangannya. " Ini si bungsu, anakku minta dimasakkan sayur lotek katanya. Sudah lama tidak makan sayur lotek. tapi aku bilang sama anakku. Nak ... hari ini kita makan tahu goreng saja ya ... mamak ngak bisa masakin kamu lotek ... uang mamak ngak cukup. " Kak ika terus saja berceloteh ... dan aku tetap saja asyik dengan laptopku. Namun, aku mendadak menghentikan keasikanku sesaat ketika aku menyadari ... betapa mahalnya harga sepiring lotek untuk kak Ika ... sampai-sampai dia tidak mampu membuatkan lotek seperti yang diinginkan anak bungsunya. Aku tertegun menyaksikan dia yang tetap asik berceloteh dan sekali-kali ditimpali oleh kak nini. Ya ampun ... apalah mahalnya membuat lotek pikirku. Paling-paling modalnya hanya sayur-sayuran ditambah bumbu-bumbu dan kacang yang digiling jadi satu. Tapi ... sesuatu yang bagiku murah dan tidak seberapa menjadi sesuatu yang istimewa bagi kak Ika dan anak-anaknya....Ya Allah ... apa artinya ini semua ... Engkau kirimkan kak Ika pagi-pagi begini ke rumah ku hingga aku mendengar kepolosannya bercerita tentang sepiring lotek keinginan anaknya ... Tanpa berlama-lama aku segera beranjak dari dudukku ... aku memutuskan untuk membiarkan kak Ika mampu menyediakan sepiring lotek untuk anaknya ... tentunya dengan bantuan yang ada padaku ...

01 September 2009

Renungan Hari Raya

Sudah sepuluh hari ramadhan berjalan tak terasa semakin dekat lah sudah hari kemenangan itu. Kemenangan bagi seluruh umat manusia yang telah sibuk berlomba selama satu bulan memperbanyak amal dan ibadah hanya kepada NYA ... pemilik semesta alam raya ini. Kemenangan layak disambut dengan suka cita ... Mensyukuri atas segala rahmat dan anugrah yang telah diberikan oleh NYA pada kita semua. Meskipun tidak selalu dimaknai dengan kemewahan ... Tapi, aku berharap ibuku masih mampu menghidangkan ketupat sayur untuk kami nikmati di hari kemenangan itu ... Meskipun tanpa baju baru ... Tapi, aku masih mampu tersenyum melangkah dengan sepasang mukena bersih yang akan menemaniku bersujud kepada NYA di hari kemenangan itu ...
Sesuatu yang sangat biasa bagi orang lain namun sesuatu itu adalah yang sangat luar biasa bagi kami yang biasa ini. Masih ada ketupat sayur dan sepasang mukena bersih sudah sangat luar biasa bagi kami ... untuk menyambut suka cita kemenangan Hari Raya.
Tuhan ... Terima kasih atas segala kemampuan untuk rasa yang ada ini. Selalu senantiasa bersyukur dan bersyukur atas segala yang ada ... Senyumku untuk mereka yang tidak bersyukur atas segala yang ada padanya ... Senyumku untuk mengingatkan mereka betapa bahagianya kami atas segala apa yang ada pada kami ... Sehingga selanjutnya ... mereka harus lebih tersenyum lebar dengan segala keberuntungan yang ada pada mereka ...

31 Agustus 2009

Satu-Satu
Satu satu ...
Daun daun gugur
Satu satu ...
Kelopak mawar itu hancur
Kuamati dengan mataku, satu persatu
Kurasakan dengan hatiku, satu persatu
Kenapa mesti gugur, tanyaku ?
Kenapa, Mengapa harus hancur, gumamku ?
Satu satu ...
Kugerakkan langkahku
Mendekati mawar layu itu
Satu satu ...
Kualihkan langkahku
Mendekati mawar segar yang satu
Satu satu ...
Bola mataku berputar-putar
Menyimak seksama dua mawar itu
Hmmm ... gumamku
Aku tak ingin jadi mawar layu itu
Aku ingin jadi yang segar itu ...
-ncha-
pku 05.09.03

PUISI ....AKU

AKU ...


Aku adalah aku

Aku bukan dia atau kau

Aku ya aku ...

Tak bisa kau samakan ku

Dengan sgala yang ada padaku

Itulah aku ...

Mau begini mau begitu

Terserah aku

Tak bisa kau ganggu aku

Ini yang ku suka, mana kau tahu

Itu yang ku murka, kau tahu ?!!

Kau tak tahu

Karna kau bukan aku ...

Aku ya aku ...

Kau ya kau ...

Mengerti kan kau ...



-ncha-

19.09.2003




Super Mom ...

Fiuuh ...
Akhirnya kedua anak-anakku sudah terbuai dalam lelap tidur mereka. Hmmm...ekspresi lelah mereka nampak begitu polos, tidak berdosa. Si abang dan si adek ... kedua buah hati ku yang lucu-lucu ... oh nak, umi sayang kalian berdua ... duh, jadi nyesel hati ini kalau aku teringat saat-saat aku kehilangan kesabaran dalam mengasuh mereka. Sulit sekali menahan mulut ini untuk tidak mengomel dan berteriak ... menghentikan segala keusilan dan kenakalan mereka berdua. Si abang yang tidak mau mengalah dan si adek yang dengan kepolosannya selalu berusaha mengganggu si abang membuat suasana rumah tidak pernah sepi kecuali disaat-saat mereka tidur dan minum susu. emmm...minum susu, disini maksudnya ... mulut mereka terpaksa terkunci diam karena mereka sibuk mengenyot dot susu masing-masing ... jadi ya ...untuk sementara mereka berhasil kubuat diam .... :-)
Grook...grook...bunyi napas si abang yang sedang sakit batuk. Tadi seharian aku dibuat kesal olehnya, bagaimana tidak suara batuknya yang "heboh" mengharuskan si abang minum obat batuk tapi bukannya diminum eh malahan dimuntahkan ... Oh God ... Ya terpaksa aku marah ... Duh, nak ... umi marah bukan karena umi tidak sayang abang ... umi marah karena umi sayang abang ... umi mau abang minum obatnya bukan dimuntahkan biar abang cepat sembuh ...
Si adek ... mulai dari pagi hari sibuk membuat berantakan seluruh isi rak buku di ruang tengah ... Oh God ... Bagaimana rumah ini bisa rapi kalau adek berantakin terus .... berkali-kali aku susun kembali apa - apa yang sudah dibuatnya berantakan ... huhhhhh ... karena kecapekan aku jadi kesal dan berteriak ....
Duh, nak ... umi teriak kesal bukan karena umi tidak sayang adek ... umi kesal karena umi maunya adek jangan berantakin rumah dong ...
Ya ya ya ... seandainya keluguan mereka berdua mengerti dengan apa yang aku mau ( sebagai uminya ) pasti lah aku tidak perlu bersusah payah mengeluarkan energi untuk marah dan kesal dengan mereka. Tapiiiiii .... melihat keluguan mereka yang larut dalam lelap tidur mereka malam ini membuatku beruntung telah melalui kebersamaan sejak pagi bersama mereka. Mendengar ocehan, tawa mereka, tangis mereka, jeritan mereka yang dicampur dengan teriakan ku ... menjadi saat-saat yang sangat merindukan malam ini ... setidaknya harus menunggu sampai besok pagi ... untuk mendengar kembali kicauan si abang dan si adek.
Hmmm ... aku harus berjanji pada diriku sendiri, mulai besok pagi aku harus menjadi umi yang lebih super dibanding hari ini ... super sabar, super lembut, super teliti dan super baik ... demi si abang dan si adek ... n they will call me SUPER MOM ... :-)